ANTENA MIKROSTRIP
Antena
mikrostrip pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950, dan perkembangan
terhadap teknologi ini mulai serius dilakukan pada tahun 1970. Melalui beberapa
dekade penelitiannya, diketahui bahwa kemampuan beroperasi antena mikrostrip
diatur terutama oleh bentuk geometri dari elemen peradiasi (patch) dan
karakteristik material substrat yang
digunakan. Oleh karena itu dimungkinkan dengan manipulasi yang tepat terhadap
substrat, seperti penggunaan struktur EBG, akan memperbaiki karakteristik
antena mikrostrip.
KARAKTERISTIK
DASAR ANTENA MIKROSTRIP
Gambar 1.
memperlihatkan antena mikrostrip
biasa yang terdiri
dari sepasang lapisan konduktor paralel yang dipisahkan suatu medium
dielektrik atau dikenal dengan nama substrat. Pada susunan ini, lapisan
konduktor atas atau ”patch” berfungsi sebagai sumber radiasi dimana energi
elektromagnetik menyusur tepian dari sisi
patch kedalam substrat. Lapisan konduktor bawah bertindak sebagai
bidang ground pemantulan sempurna,
mengembalikan energi kembali melalui substrat menuju udara bebas.
Secara fisik
patch berupa konduktor tipis yang merupakan bagian suatu panjang
gelombang yang membentuk luas, yang paralel dengan bidang ground. Bentuk patch dapat berupa berbagai bentuk seperti
segiempat, lingkaran, segitga dan sebagainya.
Gambar 1. Bentuk Umum Antena Mikrostrip
Material
substrat yang tersedia dapat digunakan untuk frekuensi-frekuensi RF dan
microwave. Pemilihannya berdasarkan karakteristik material yang diinginkan untuk
daya yang optimal pada suatu jarak frekuensi tertentu. Spesifikasi umum termasuk
nilai konstanta dielektrik, faktor disipasi (loss tangent), dan ketebalan. Nilai
konstanta dielektrik antara 2,2 < εr < 12 digunakan untuk frekuensi
operasi dari 1 hingga 100 GHz.
Ketebalan
substrat penting untuk
diperhatikan ketika akan
mendesain antena mikrostrip.
Kebanyakan substrat yang diinginkan untuk kehandalan suatu antena dipilih yang
tebal dengan konstanta dielektrik yang rendah. Hal ini cenderung menghasilkan
antena dengan bandwith yang lebar dan efisiensi yang tinggi akibat bebas dari
loncatan medan tepi yang berasal dari patch dan berpropagasi kedalam substrat.
Namun hal ini menyebabkan volume antena menjadi besar dan meningkatkan
kemungkinan pembentukan gelombang permukaan. Disisi lain, substrat yang tipis
dengan konstanta dielektrik yang tinggi mengurangi ukuran antena. Namun akibat
adanya disipasi faktor yang lebih tinggi, menyebabkan efisiensinya menjadi
rendah dan bandwith yang kecil. Oleh karena itu terdapat timbal balik yang
menjadi dasar dalam pembuatan antena mikrostrip yang harus diperhatikan.
Ada beberapa metode dalam menganalisa
antena mikrostrip, antara lain adalah model saluran transmisi, metode persamaan
integral dan model cavity. Model saluran
transmisi penggunaannya terbatas hanya untuk menganalisa patch berbentuk persegi atau bujur
sangkar.
Metode persamaan integral dapat digunakan
untuk menganalisa patch dengan beragam bentuk demikian juga dengan substrat
tebal dan dapat memberikan gambaran fisik dari antena mikrostrip, tetapi
dibutuhkan proses komputasi yang panjang. Dalam perkembangannya, metode dalam
menganalisa antena mikrostrip digabungkan dengan metode numerik mengingat
bentuk antena yang semakin kompleks.
[Fitri Yuli Zulkifli, FT UI., 2008.]
LINK
[Fitri Yuli Zulkifli, FT UI., 2008.]
LINK